Driving Company Transformation for Growth and Resilience

Driving Company Transformation for Growth and Resilience

Driving Company Transformation for Growth and Resilience

Driving Company Transformation for Growth and Resilience

Driving Company Transformation for Growth and Resilience

Driving Company Transformation for Growth and Resilience

Jakarta, 15 September 2025 – Kadin Indonesia Institute (KII) menggelar Executive Brief edisi September dengan tema “Driving Company Transformation for Growth and Resilience.” Acara ini menghadirkan Edwin Utama, Managing Director & Senior Partner Boston Consulting Group (BCG) sebagai pembicara utama, yang berbagi wawasan tentang adaptabilitas perusahaan, inovasi, dan roadmap pertumbuhan yang berdaya tahan.

New Normal or Never Normal?

Di tengah gejolak suku bunga dan fluktuasi pasar global, perusahaan-perusahaan tidak lagi bisa mengandalkan siklus bisnis yang stabil. Berdasarkan data global, rasio Net Interest Income terhadap aset rata-rata (NII / Avg Asset) di Indonesia berada di sekitar 2,14%, dibanding negara seperti India (~5,82%), AS (±3,17%), dan Eropa (~2,72%). Kondisi ini menandakan bahwa bisnis perlu menyesuaikan modelnya agar dapat tahan terhadap ketidakpastian yang terus berkembang.

Insight Utama dari Edwin Utama (BCG)

Edwin Utama menyampaikan bahwa:

  • Perusahaan harus mampu bergerak cepat dalam adopsi teknologi, terutama AI / GenAI, digitalisasi, dan meningkatkan efisiensi operasional.
  • Tidak hanya sektor perbankan saja yang mengalami tekanan transformasi, tetapi sektor-sektor lain seperti properti, manufaktur, ritel, dan pemangku usaha umum juga harus menerapkan prinsip-prinsip agility dan resilience yang sama.
  • Skenario masa depan bagi perusahaan: menjadi ekosistem builder/orchestrator, platform provider (BaaS), atau pemain spesialis/utility agar tetap kompetitif.

Interaksi Forum: Perspektif dari Dunia Usaha

Diskusi semakin kaya dengan interaksi peserta.

  • Pak Halim Kalla, salah satu pimpinan KADIN, menekankan bahwa disrupsi dan kebutuhan transformasi bukan hanya berlaku di sektor perbankan, tapi juga sektor-sektor yang lebih generalis—manufaktur, properti, UMKM, hingga sektor jasa. Menurutnya, “transformasi ini harus dipandang sebagai kebutuhan semua sektor, bukan hanya yang berbasis finansial.”
  • Ibu Theresia Rustandi, Secretary of the Board for Integrated Property Development, KADIN, menambahkan pentingnya keseimbangan antara prosedur operasional (SOP) dan agility. Ia menyampaikan bahwa perusahaan harus tetap memegang standar tata kelola yang jelas, namun SOP tidak boleh menjadi penghambat adaptasi cepat dalam menghadapi perubahan pasar.

Transformasi Perusahaan di Indonesia: Survei & Realisasi

Dari survei yang dipresentasikan oleh Edwin Utama dan data BCG:

  • ~98% perusahaan menengah di Asia Tenggara (termasuk Indonesia) sudah memulai transformasi — namun hanya sekitar 33% yang telah menjalankan transformasi secara menyeluruh (end-to-end).
  • Prioritas transformasi adalah pertumbuhan (revenue, profit, market expansion), produktivitas, dan digitalisasi.
  • Lebih dari 70% perusahaan mengalokasikan lebih dari 20% dari anggaran tahunan mereka untuk inisiatif transformasi, namun hanya sekitar 30% memiliki struktur formal seperti Transformation Office.

Pelajaran dari Bambu: Filosofi Resiliensi & Pertumbuhan

Edwin Utama memakai analogi bambu sebagai panduan:

  • Akar yang kuat → fondasi yang tangguh di dalam operasional dan struktur organisasi agar mampu menyerap guncangan.
  • Ruas batang yang efisien → produktivitas tinggi tanpa pertumbuhan yang hanya menambah kompleksitas.
  • Daun yang selalu mengarah ke cahaya → orientasi terhadap visi/tujuan yang jelas, fleksibilitas untuk adaptasi.
  • Simpul batang (nodes) yang menyatukan struktur agar retakan (masalah) tidak merembet.

Kesimpulan & Rekomendasi

Transformasi merupakan keharusan bagi perusahaan Indonesia agar dapat bertumbuh dan tetap tangguh di era “Never Normal”. Diskusi ini memperlihatkan bahwa:

  1. Visi dan strategi yang jelas tetap menjadi landasan.
  2. Struktur dan budaya organisasi harus mampu mendukung eksekusi.
  3. Keseimbangan SOP dan agility menjadi kunci.
  4. Teknologi sebagai enabler harus berjalan seiring dengan kepemimpinan dan budaya organisasi.

Tentang kami

Contact

support@kadininstitute.id

Menara Kadin Indonesia, Jl. H.R. Rasuna Said, Blok X-5 Kav. 2-3, Jakarta 12950

© 2025 Kadin Indonesia Institute