Executive Brief Kadin Indonesia Institute – Edisi Juli 2025
Pada 24 Juli 2025, Kadin Indonesia Institute kembali menggelar forum bulanan Executive Brief dengan menghadirkan BowerGroupAsia (BGA) sebagai mitra diskusi utama. Acara ini menjadi ruang refleksi penting untuk melihat bagaimana perusahaan-perusahaan global memandang lanskap investasi Indonesia di tengah dinamika ekonomi global dan transisi kepemimpinan nasional.

Pembicara utama dalam sesi ini adalah Douglas Ramage, Ph.D., Managing Director BGA Indonesia, yang telah lebih dari 30 tahun menjadi penasihat strategis bagi perusahaan multinasional dan pemerintah di kawasan Indo-Pasifik. Dalam paparannya, Dr. Ramage menyoroti berbagai peluang dan tantangan yang dihadapi Indonesia dalam menarik investasi asing langsung (FDI) berkualitas tinggi.
Mengapa Topik Ini Penting?
Indonesia tengah berada pada titik krusial dalam upayanya menjadi negara berpenghasilan tinggi. Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 8% dalam beberapa tahun mendatang—tujuan ambisius yang hanya dapat dicapai dengan mendorong masuknya investasi asing strategis. Namun, di tengah komitmen terhadap reformasi dan keterbukaan, masih terdapat berbagai hambatan struktural dan regulasi yang membuat investor berhati-hati.
Kadin Indonesia Institute melihat pentingnya menyediakan ruang diskusi yang terbuka dan tajam untuk membedah persepsi investor global. Oleh karena itu, forum ini dirancang untuk menyajikan insight dari sisi pelaku usaha dan analis pasar yang benar-benar memahami dinamika kebijakan, bisnis, dan diplomasi di Indonesia.
Apa yang Dibahas?
Dalam presentasinya, Dr. Ramage menekankan bahwa Indonesia memiliki potensi pasar besar sebagai destinasi investasi, namun masih dibayangi oleh tantangan seperti inkonsistensi regulasi, koordinasi antar-lembaga, dan kepastian hukum bagi investor.
Salah satu kebijakan yang dianggap kontra-produktif oleh investor adalah Permendag 36, yang justru membatasi ekspor produk unggulan. Di sisi lain, reformasi besar seperti penghapusan Daftar Negatif Investasi (DNI) dan Omnibus Law Cipta Kerja diakui sebagai langkah positif yang memperbaiki persepsi global terhadap Indonesia.
FDI Indonesia memang mencatat angka besar secara nominal—mencapai USD 50 miliar tahun lalu. Namun, secara proporsional terhadap PDB, performanya masih tertinggal dari negara tetangga seperti Vietnam. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia masih memiliki ruang besar untuk meningkatkan daya saing investasinya.
Dr. Ramage juga menyoroti kekuatan stabilitas politik Indonesia dan pentingnya menjaga demokrasi yang sehat. Kepercayaan investor bergantung pada keberlanjutan reformasi dan kepastian hukum—dua hal yang menjadi penentu utama dalam keputusan investasi jangka panjang.
Dari Risiko Menuju Kesempatan
Diskusi juga mengangkat ketimpangan antara iklim investasi yang terbuka dengan kebijakan perdagangan yang masih proteksionis. Banyak investor menilai bahwa Indonesia perlu menyediakan one-stop shop yang terintegrasi untuk mendukung proyek investasi, terutama yang berbasis skema KPBU (Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha).

Salah satu pendekatan yang mulai mendapat perhatian adalah model kolaboratif seperti yang ditawarkan oleh Danantara—sebuah jejaring kepemimpinan yang mencoba menjembatani kesenjangan antara sektor publik dan swasta dalam investasi. Banyak pihak mulai mempertanyakan apakah inisiatif seperti Danantara bisa menjadi platform nyata untuk menyalurkan investasi ke proyek-proyek yang layak secara komersial dan berkelanjutan.
Menuju Masa Depan Investasi yang Lebih Terukur
Forum ini juga membahas pentingnya diplomasi ekonomi dalam menghadapi realokasi rantai pasok global, dampak geopolitik, serta tekanan kepatuhan terhadap standar lingkungan dan sosial (ESG).
Di tengah transisi kepemimpinan nasional, kesinambungan reformasi menjadi perhatian utama. Sosok seperti Prabowo Subianto dinilai memiliki kekuatan dalam diplomasi perdagangan dan deal-making, namun diperlukan komitmen lanjutan untuk melanjutkan fondasi kebijakan yang telah dibangun di era Presiden Jokowi.
Bagi para investor, tiga faktor utama tetap menjadi pertimbangan: kepastian regulasi, potensi keuntungan jangka panjang, dan keberlanjutan operasional. Menjawab tantangan ini membutuhkan sinergi antara pemerintah, dunia usaha, dan komunitas internasional.
Tentang Executive Brief
Executive Brief merupakan forum bulanan Kadin Indonesia Institute (KII) yang bertujuan memperkuat kapasitas advokasi kebijakan Kadin melalui pertukaran wawasan strategis dengan mitra-mitra ahli. Setiap bulan, KII menghadirkan konsultan terkemuka untuk membahas peluang dan tantangan dalam iklim bisnis dan investasi Indonesia dari perspektif global.
Melalui forum ini, KII terus berupaya memperkaya diskursus publik, memperluas jejaring, dan mempersiapkan pelaku usaha Indonesia untuk mengambil peran lebih besar dalam pembangunan ekonomi nasional yang inklusif dan berkelanjutan.
